abay bicara

Jujur saya bingung. Kata apakah yang tepat untuk mengisi judul blog ini. Berkaca kehidupan Banjarmasin satu abad yang lalu, kota ini memang layak sekali untuk di bilang kota seribu sungai atau bisa di bilang venesia-nya asia. Sungai Martapura yang membelah kota, dan sungai-sungai kecil yang membentuk kanal-kanal, hidup berdampingan dengan masyarakat kota ini. Detik nadi kehidupan masyarakat pun berawal dari sungai ini. Bisa di bilang masyarakat banjar telah menjadi suku anak sungai, maksudnya suku yang hidup karena adanya sungai.

Tapi kita lihat sekarag, apakah sebutan "seribu sungai" itu masih pantas di sandang oleh kota ini ?. Sungai-sungai yang seharusnya menjadi kebanggaan dan identitas kota ini semakin lama-semakin hilang tergerus perkembangan zaman dan modernisasi yang tak bisa dibendung. Modernisasi yang menjamah suatu daerah harusnya dapat memberikan dampak yang bagus untuk daerah tersebut bukannya malah memberikan efek negatif. Selama satu abad perjalanan kota ini, banyak sekali sungai yang di tutup/di uruk hanya untuk mendirikan bangunan permanen/semipermanen,baik fungsinya sebagai tempat tinggal ataupun sebagai lahan bisnis. Padahal jelas-jelas dalam Peraturan Menteri PU Nomor
63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai,
Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai.:
1. Membuang sampah, limbah padat maupun cair;
2. Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.

Terlihat jelas dari peraturan di atas,  bahwa dilarang keras untuk mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha. tapi nyatanya apa .???peraturan itu hanya tegas di atas kertas, dalam pelaksaannya belum. Banyak bangunan permanen yang mengganggu jalannya sungai. Contoh nyatanya saja bangunan yang ada di sepanjang jalan veteran dan kuripan. Sungai memang masih ada...tapi kalau boleh jujur, itu sungai atau apa sih .?(sempit amat, dangkal lage, jukung j kaga muat)

Sungai yang dulunya banyak sekarang berganti dengan ruko-ruko  yang menjamur,baleho-baleho yang berseliweran, sampah-sampah yang membludak. Identitas kota seperti sudah tergantikan dengan modernisasi dan pembagunan, tapi perubahan ini malah membawa pengaruh buruk bagi kota ini.

Sungguh suatu ironi,kota yang di bangun dengan memanfaatkan keberadaan sungai , kenapa sekarang malah seperti "berkhianat" terhadap sungai yang telah menjadi nadi kota ?. 

Read More ..